Senin, 23 Juli 2012

RS Tanpa Kelas = Rumah Sakit Idaman..

Berdirilah sebuah rumah sakit yang tak begitu besar, tetapi keharumannya tercium oleh hampir setiap lapisan masyarakat. Keharumannya mewangi karena RS tersebut merupakan RS satu-satunya yang tidak money oriented ditengah hiruk pikuk kapitalisme yang telah mendarah daging, mendewakan duit lebih dari nyawa, mengagungkan strata  sosial lebih dari segalanya.

Setiap dokter yang bertugas di RS tersebut merupakan dokter yang punya kegelisahan yang sama melihat dunia kedokteran sarat dengan bisnis, mengesampingkan kemanusiaan. eh, lupa, RS ini dinaungi oleh sebuah yayasan yang bergerak dalam dua bidang utama, yaitu Pendidikan dan Kedokteran. Pendidikan menjadi fokus yayasan ini dikarenakan, tak berbeda jauh dengan kedokteran, pendidikan juga saat ini hanya menjadi sarang para kapitalisme saja, dimana yang miskin sulit sekali untuk mengakses pendidikan yang berkualitas yang mampu memanusiakan manusia. Kira-kira itu alasan sederhana Yayasan itu bergerak di 2 fokus tersebut.

Intermezo, Yayasan tersebut didirikan oleh sepasang suami istri yang kompak. Ide dasar pendirian Yayasan ini sebetulnya sederhana saja, menjadi ruang yang cukup untuk mewujudkan ide-ide perubahan khususunya dibidang pendidikan dan kesehatan. karena selama ini, mereka berdua menganggap bahwa idealismenya selama ini"terkebiri" oleh keadaan.  karena ketertarikan/minat dan chemistry masing-masing, bidang Pendidikan dihandle oleh sang Istri dan Bidang KEsehatan dihandle oleh sang Suami.

Kembali lagi ke  soal RS.  Konsep dasar RS ini adalah RS tanpa kelas, dimana si kaya dan si Miskin diperlakukan sama tanpa pandang bulu. pelayanan dokternya sama, kualitas obatnya juga sama dan fasilitas yang didapat juga sama. Hal ini sangat berbeda dengan RS kebanyakan dimana faktor ekonomi selalu menjadi faktor utama apakah si A layak diperlakukan secara hormat selayaknya manusia atau tidak? aaah..pokokny capek lah, sy kira dah jadi rahasia umum tentang praktek RS di sekitar kita bagaimana.

Trus bagaimana kalo pasiennya ga mampu bayar? ya ga apa2..toh yang Kaya atau miskin tetap aja mesti ditolong, karena mereka manusia. agar RS tetap bisa operasional, maka RS menetapkan subsidi silang, dimana pasien kayak dan "tersadarkan" harus membayar biaya lebih untuk membantu pasien yang tidak mampu tadi. tetapi kembali lagi, meskipun pasien kayak tersebut punya banyak duit, tetapi hebatnya RS tersebut tidak memberikan perlakuan istimewa, alias sama saja.

Konsep dasar RS tersebut kian terjaga turun temurun, karena si Pengurus Yayasan ikut terlibat dalam setiap proses didalamnya, meskipun tidak secara langsung. misalnya, Sebagai pengurus yayasan, Sang Suami, ikut terlibat langsung pada proses fit and proper testnya sang calon direktur RS. Dicari dokter yang punya idealisme dan visi yang sama dan memiliki pengalaman managemen yang baik. dalam tataran teknis operasional pun, yayasan pun ikut terlibat dalam hal menjamin mutu dan kualitas layanan. jika ada satu personel staf RS yang melakukan penyimpangan dari ketentuan yang seharusnya, maka staf tersebut akan diberikan sanksi yang tegas..

Tapi ini masih cita-cita..Bismillah..

2 komentar:

  1. Insya Allah, Amien....
    Sesuatu menjadi mungkin karena awalnya juga berangkat dari sesuatu yang tidak mungkin ....

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. komentar, kritik, saran, atau apapun dipersilahkan..