Kamis, 02 September 2010

Nafsi-nafsi weh..

pada awalnya aku iba dan bertekad untuk membantunya, karena selama ini dia sering mengeluhkan tentang kondisi ekonominya yang dibandingkan dengan ku. katanya bahwa aku hebat di usia segini dah punya ini dan itu, sementara dia di usianya saat ini, belum punya apa-apa..mengeluhkan rumah yang masih ngontrak, anak yang dah masuk sekolah dan lain-lain.

seperti biasa aku mudah tersentuh oleh cerita-cerita begitu. akupun bertekad, untuk senantiasa membantunya, setidanya dari tiap ada peluang proyek yang kudapatkan aku akan selalu mengajaknya, termasuk berusaha memperjuangkan kepada pihak manajemen agar sallarynya naik. aku ingin dia mendapatkan yang dia inginkan...

namun setelah kupikir dan semakin mengenalnya, aku berkesimpulan bahwa dari dirinya, karakternya dan keinginannya tidak menunjukan adanya tekad untuk lebih baik. setidaknya hal itu ditunjukan dari komitmennya terhadap waktu, terhadap janji yang luar biasa jauh dari harapan. dia melakukan apa yang diinginkannya, kalaupun inginnya adalah pulang meskipun sedang banyak pekerjaan dan orang-orang membutuhkannya, maka dapat dipastikan dia akan pulang dengan berbagai alasan. janji dengan istri lah, ini lah, itulah..bosennn..

disisi lain rasanya sulit sekali bekerjasama dengannya. faktor utamanya sama dengan yang disebutkan diatas, tidak memiliki komitmen yang cukup untuk menghargai partner. ditambah lagi slow motion juga..huhhhh capek deeeeeh..malahan pesan yang kutangkap, dia kalo urusannya uang, pasti HEJO, pasti semangat. menuntut lebih banyak diutamakan, jaminan prestasi dianggap sepele..grgggggggggrrrrrrrgggg

kembali ke soal komitmen, hari ini pun begitu, seenaknya dia membatalkan janjinya...halah..gw malesss. yasud lebih baik kita biasa-biasa ajalah..ga sah berharap, biar ga kecewa dan kesel. nafsi-nafsi, kata orang arabmah meurun..




a