Jumat, 06 Januari 2012

Mobnas Esemka: (mungkin) hanya mimpi

Akhir-akhir ini kita lebih sering dijejali dengan informasi baik melalui berita di TV maupun dari media massa lainnya tentang karya luar biasa anak bangsa: Mobil Esemka!

Perhatian publik dan media massa semakin menjadi-jadi karena mobil ini melahirkan sebuah kontroversi. terlihat sekali mana yang mendukung bahkan mana yang menolak dengan berbagai alasan.

Kalau bukan Joko Wi (walikota Surakarta) yang menggunakan mobil ini sebagai kendaraan dinasnya, mungkin kisah mobil ini tidak seheboh sekarang. Selain karena terkenal dengan kepiawaiannya memimpin daerahnya sehingga bisa terus maju, fenomena ini pun muncul karena tanggapan (politis) dari sebagian para politisi, terutama Bibit (gubernur) yang notabene kalo dilihat dari sisi politik sangat wajar dia menghantam terus Jokowi. Bibit memang secara terang-terangan dan secara sarkastis bilang bahwa langkah Jokowi menggunakan mobil esemka adalah sesuatu hal yang gegabah. akhirnya kontroversi ini kemudian menarik perhatian media massa dan semakin populerlah cerita tentang mobil esemka ini.

sebaiknya tulisan saya ini ga usah mengupas tentang sisi politis mobil esemka ini. terlepas dari langkah politis atau bukan, penggunaan mobil esemka oleh Joko Wi dan tekadnya mengupayakan agar mobil ini jadi mobnas merupakan hal yang harus diapresiasi akan keberaniannya, serta penghargaannya terhadap produk karya anak bangsa sendiri. karena selama ini (kecuali timor era 1996an), saat ini hampir tidak ada satupun mobil karya anak bangsa yang dijadikan icon nasional. kita lihat saja, jalanan sangat dijejali dengan kendaraaan eropa, amerika, jepang, korea bahkan malaysiapun kini ikut meluncur ruas-ruas jalan kita. pertanyaannya apakah selama ini kita tidak mampu memproduksi mobil??

Kalau berbicara mampu, saya berpendapat bahwa kita sangat mampu untuk berkarya membuat mobil sendiri, dan lepas dari ketergantungan mobil2 luar. Contohnya selama ini telah banyak sekali proyek-proyek pembuatan mobil yang dilakukan oleh anak bangsa kok, ada yang dinamai KOMODO,Marlip, Arina, Tawon, Gea dan lain-lain. lantas kemana sekarang?? inilah yang jadi inti masalahnya.

Kita tahu, negeri ini menjadi negeri pasar yang luar biasa, dengan potensi 250 juta penduduk yang konsumtif menjadikan negeri ini perebutan pasar yang hebat, termasuk dibidang bisnis mobil. perusahaan-perusahaan mobil raksasa berlomba-lomba untuk mendapatkan pasar ini. salah satu upayanya adalah melalui jalur loby2 kepada para pejabat yang mudah goyah dengan tekanan dan duit. segala rintangan yang berpotensi menghalangi penetrasinya di Indonesia, akan diselesaikan dengan cara menekan para pengambil kebijakan. mungkin itulah yang menyebabkan proyek2 mobil diatas tidak berkembang.

Hal serupa pun mungkin akan dialami oleh proyek mobil esemka ini. perizinan yang dipersulit akan menjadi kendalanya. para ATPM raksasa akan merasa terancam jika esemka ini menjadi proyek Mobil Nasional. maka kira-kira yang dilakukan ATPM adalah melakukan tekanan baik melalui jalur politik maupun ekonomi. upaya ini akan semakin mulus mengingat kepemimpinan nasional kita yang tidak punya ketegasan dan lembek terhadap tekanan-tekanan.

Jika betul terjadi, dengan tekanan yang muncul yang mengakibatkan kebijakan nasional yang tidak berpihak kepada kepentingan bangsa, maka harapan kita punya Mobnas (mungkin) hanya mimpi. semoga dugaan saya salah!