Selasa, 14 Oktober 2014

Hard and Long Trip to Go to Rote Ndao

Senin yang cerah, 6 Oktober 2014 :
Si kembar kembali mendekati, sebagaimana biasanya dipagi hari, mereka berdua semangat bermain-main, sesekali rebutan duduk dipangkuan sambil keluar ocehan tak jelas khas bayi yang sedang belajar bicara. Pagi hari memang selalu dihiasi keriuhan karena diiringi tangisan salah satu atau bahkan keduanya krn rebutan mainan. Senangnya melihat mereka, tangisan dan tingkah lucu mereka memang slalu berhasil membuat saya kangen, terlebih ketika saya sedang diluar kota, seperti skarang. Sementara si sulung yang baru masuk di Kelas 1 SD selalu duduk santai sambil nonton tv atau sesekali godain adik kembarnya padahal sudah waktunya untuk mandi dan bersiap berangkat sekolah.

Berangkat dari rumah pukul 7.30, dengan menumpang jasa taksi Bluebird saya un menyusuri spot-spot kemacetan di Kota Bandung. Saya memang harus berangkat lebih awal, karena waktu tempuh di Bandung sekarang sudah sangat unpredictable. Kemacetan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Jd kalau perkiraan waktu tempuh ke Bandara itu 45 menit, maka saya harus spare time minimal 1,5 jam, agar saya tidak terlambat.

Alhamdulillah, saya sampai di Bandara jam 8.30. Setelah melakukan pembayaran sebagamana tertera di argo taksi tsb, sy pun turun dan bergegas untuk check in. Ransel dan tas kecilpun harus melewati x ray, sbagaimana prosedur pada umumnya. Dengan membayar 25.000 sbagai airporttax, sy pun mendapatkan tiket boarding pass untuk penerbangan ke Kupang hari ini. Meskipun agak kecewa krn penerbangan sy delayed 1 jam, sehingga direncanakan jam 11.20 baru akan take off.

Ya sudahlah, ga apa-apa, yang penting saya bisa sampai kupang sore hari ini. Lagian 60 menit karena delayed tersebut, bisa saya gunakan untuk buka laptop, menelpon sana-sini menyelesaikan urusan kantor yg tertunda, atau bahkan urusan pribadi. Saya pun melakukan aktivitas saya, sekedar buka email, kirim email dan telpon sana-sini hingga semuanya tuntas.

Tiba2 telp sy berdering, dari nomor dan kode telepon yang saya ga tahu. Stelah diangkat, si penelpon mengaku bernama angga, dari sebuah maskapai di bandara denpasar. Dengan maskapai inilah saya akan menuju Kupang melalui denpasar untuk transit. Kalau lihat dari boardingpass tertera disitu bahwa dari denpasar ke kupang sy akan berangkat pukul 13.00.

Dengan asumsi waktu tempuh bandung-denpasar itu 1 jam, maka sy perkirakan akan sampai di denpasar pukul 13.00. Jam berapapun sampai di denpasar, pasti connecting flight akan menunggu sy tiba di denpasar, itu hal umum, krn kterlambatan dr pihak maskapai sendiri.

Angga menelpon sy untuk menjelaskan bhw pesawat dr denpasar ke kupang hrs berangkat tanpa sy, dalam artian tdk bisa menunggu sy tiba di denpasar. Dan sbgai penumpang, sy ditawarkan rerouting, dg penerbangan lain pukul 16.dr bandung ke kupang, via surabaya. Sbagai konsumen, sy merasa diseret pada situasi sulit yg diciptakan oleh maskapai tsb. Disatu sisi sdh jelas sy akan terkatung2 nasibnya jika sy tetap terbang ke denpasar jam 12, krn sy sdh ditinggal oleh pesawat connect menuju kupang, tp disisi lain sy sangat rugi skali jika sy hrs brangkat jam 16, krn artinya sy hrs menghabiskan 7 jam berada di bandara bandung. Terlebih dg perkiraan waktu sampai di kupang diatas jam 22  :(. Itupun belum ditambah asumsi, jika terjadi delayed di surabaya, sperti yang biasanya terjadi (pengalaman).
 
Tak lama stelah angga mrnutup telp nya, giliran pihak maskapai yg sm dibandung menelpon untuk menawarkan hal yg sm, sy pun mengajak untuk bertemu untuk membicarakannya. Sy katakan bhw perjalanan sy ke kupang, bkn perjalanan liburan yg bs diganti kapan saja, perjalanan sy kekupang adalah untuk melanjutkan perjalanan ke Rotendao, sbuah kabupaten di NTT yg hanya bs ditempuh dg perjalanan laut. Rencananya, kberangkatan ke Rote dr Kupang akan dilakukan keesokan harinya, krn kapal cepat dr pelabuhan tenau kupang ke pelabuhan Baa kabupaten rotendao itu beroperasi pukul 08.30 pada setiap harinya.

Jd solusi untuk reroute ke pukul 16. Via surabaya adalah alternatif yg lbh baik dibandingkan jika sy tetap brrangkat pukul 12 ke denpasar, dan menginap di denpasar. Dg berangkat pkl 16 , sy msh punya kesempatan untuk brkt keesokan harinya ke pulau paling selatan di Indonesia itu.
Tp meskipun begitu, sbagai costumer sy sangat dirugikan, krn kehilangan waktu, tenaga dan momen yg sangat banyak, dan harus menunggu di bandara lbh dr 7 jam. Nah ttg hal itu, sy meminta pertanggungjawaban dr pihak maskapai tsb. 

Menurut permenhub 77/2011, sy berhak atas 300 rb bila delayed lbh dr 3 jam atau 50% dr nilai tsb jika maskapain menawarkan reroute.namun meskipun sdh disampaikan dg gamblang, pihak maskapai ttp tdk mau melayani tuntutan saya.
Sy pun kehabisan akal. sy hanya membuat para staf tsb tertekan, krn mereka ga punya kewenangan untuk mengabulkan tuntutan sy.sementara itu, manager bandaranya tdk bisa ditemui, krn sedang tdk ditempat, katanya. 

Kadang para staf seringkali dijadikan tumbal untuk menghadapi persoalan yg seharusnya dihadapi si pengambil kebijakan. "Sedang tdk berada ditempat" menjadi alasan klasik para staf untuk dipaksa melindungi si pengambil kebijakan.

22.30 WITA: hari yang sama
Gemuruh benturan ban pesawat dg landasan disertai goncangan keras sontak mengagetkanku yg baru saja hendak tertidur. Pendaratan dilakukan sang pilot di bandara Eltari itu menandai bahwa saya sudah sampai tujuan, Kota Kupang, NTT. Setelah pesawat terparkir, sy pun turun dr cabin. Untungnya sy membawa sluruh barang sy ke kabin, jd sy ga perlu menunggu untuk mengambil bagasi, yg kadang lumayan menyita waktu. Maklum, hari sudah malam, jd saya hrs menghemat waktu agar bisa istirahat cukup untuk besokhari melanjutkan perjalanan ke Rote Ndao.

Di Pintu exit terlihat para penjemput berkerumun di depan Pintu kedatangan, pemandangan yg sangat lumrah nyaris disemua bandara pasti bgitu. Sy pun menghampiri mereka dg harapan ada yg menawarkan jasa taksi untuk mengantarkanku untuk sekedar transit sblum besok ke Rote.
Aneh bin ajaib, tak ada seorangpun yg menawarkan taksi kpd saya. Padahal, di bandara lain, sy seringkali dipusingkan dg kerubutan para sopir taksi yg menawarkan tumpangannya. Tp di Bandara ini, senyap, tak ada seorangpun yg menyapa saya atau menanyakan mau kemana.

Mulailah mikir, jangan2 sdh tidak ada taksi, karena sudah terlalu larut. Memang jam di pergelangan kiri sy menunjukan sdh lewat jam 23, sehingga wajar kalo para supir taksi sdh tdk beroperasi .lagian pesawat yg sy tumpangi seharusnya mendarat pukul 21, tp krn delayed di Surabaya, jadinya mendarat terlambat dr jadwal yg direncanakan sebelumnya.

Sy pun mulai berpikir, skrang cuma harus meminta tolong teman untuk menjemput, krn ketiadaan taksi tsb. Belum pula selesai berpikir, terlihat ada konter kecil, bertuliskan "pemesanan taksi". Sy pun menghampirinya dg sumringah penuh harap. Dr situlah sy tahu bhw smua taksi di bandara ini, hanya bisa digunakan stelah penumpang memesan tiketnya di konter kecil tsb. Maka jangan harap bisa menggunakan taksi, kalau belum pesan dikonter itu.meskipun ada sopirnya, tp mereka ga akan mengangkut jika kita tidak membawa tiket pesanan.

Stelah sy bilang sy pesan taksi untuk ke daerah Air Nona, sypun diberikan tiket, namun ktika sy menyodorkan uang 85000 sbagaimana yg tertera ditiket, petugas itu menolaknya dan meminta pembayarannya dilakukan langsung kepada sopir.

Dengan membawa tiket itu, sy diantarkan oleh petugas ke area parkir kendaraan, yg berada tepat dihalaman kiri depan bandara ini. Disana terlihat puluhan avanza putih berplat kuning berbaris kebelakang mengantri, nunggu giliran. Sistem one window service lah yg menjadikan para taksi tersebut tertib. Smua akan mengangkut penumpangnya, jika memang pada gilirannya. Dan itu smua diatur oleh konter kecil itu. Andaikan disemua bandara bisa diatur sperti itu, sehingga penumpang tdk dipusingkan lagi dg kerumunan sopir taksi yg mengerubuti kita untuk menawarkan jasanya. Dipikir2 mirip gula yg seringkali dikerubungi semut, andaikan gula itu hidup, dia pasti akan protes juga.
Setelah diarahkan oleh petugas, sy pun menaikinya. Sy pun duduk manis disamping sopir. Tak lama, sang sopir pun menginjak pedal gasnya, dan mobilpun mulai bergerak meninggalkan bandara.
Selalu saja sy terkesan dg pemandangan yg disajikan sepanjang perjalanan meninggalkan bandara el tari. Apalagi malam ini, sang sopir taksi menjalankan kendaraannya dg tenang, menyusuri jalan mulus beraspal hitam yg nampak licin karena tersorot lampu mobil, seolah mobil ini sedang menapaki kaca yg berwarna hitam.

Ah hampir setiap jalan di ibu Kota NTT ini memang terawat dg baik.   batang-batang pepohonan pun turut menghiasi dg berdiri disisi kiri dan kanan jalan itu. Rata-rata rantingnya nyaris tak berdaun sperti akar yang terbalik. Mereka bergoyang tertiup hembusan angin akibat gerakan taksi putih yg sy tumpangi.

Menurut seorang teman, salah satu yang membuat jalanan di kupang terawat karena jarang sekali ada truk yg beroperasi disekitar kupang. Masuk akal juga, meskipuj sy sendiri belum memverifikasi kebenarannya. 

Sambil sesekali ngobrol dan menyalakan rokok, akhirnya sampai juga ke tujuan. Terimakasih pak Sopir.

Selasa, 7 okt 2014
Pagi yg cerah. Meskipun msh ngantuk krn semalaman ngobrol sampai jam 1.30 dinihari dg seorang teman, tp sy tetap harus bangun pagi untuk bersiap berangkat menuju pelabuhan Tenau, Kupang. Tepat pukul 6.15, sang ojek yg sdh dipesankan sebelumnya oleh teman dating, dan saya pun langsung berangkat menaiki kendaraan tersebut.

Udara pagi yang dingin selalu saja msnyajikan kenyamanan dan damai. Suasana jalana sepi, belum nampak aktifitas keseharian warga kupang. di beberapa ruas jalan hanya terlihat beberapa anak sekolah dasar dengan seragam khasnya sedang menunggu kendaraan yg akan mengantarkannya kesekolah. 

Ojek itupun memacu motornya dg tenang, seolah sedang menyesuaikan dg kondisi alam yg juga tenang. 30 menit kemudian sampailah saya di pelabuhan Tenau, kupang. Dengan membayar tiket masuk motor sebesar 2000 rupiah, kami pun diperbolehkan masuk area pelabuhan.

Disinipun nampak masih sepi, hanya beberapa calon penumpang dan para ibu2 yang menjajakan dagangannya, air mineral, permen dan nasi bungkus untuk sarapan. Pintu masuk ke area pelabuhan belum juga dibuka, bahkan masih digembok krn petugas karcisnya belum juga datang. 

Skedar memanfaatkan kesempatan, sy pun membeli nasi bungkus itu untuk sarapan. Dengan harga 10.000 sy bisa makan nasi putih dan telur, lumayan untuk menyiapkan energi perjalanan nanti.
Pukul 7.30, petugaspun datang, dg membayar karcis masuk 4000 rupiah, penumpang diperbolehkan masuk ka area pelabuhan. Bersegera mendatangi loket penjual karcis, sy pun membeli tiket bahari express itu di kelas vip dg membayar 190.000. 

Cukup menunggu sbntar, skitr pukul 8.30, kapal bahari express pun berangkat menuju Rote Ndao.