Senin yang cerah, 6 Oktober 2014 :
Si kembar kembali mendekati, sebagaimana biasanya
dipagi hari, mereka berdua semangat bermain-main, sesekali rebutan duduk
dipangkuan sambil keluar ocehan tak jelas khas bayi yang sedang belajar bicara. Pagi hari memang selalu dihiasi keriuhan karena
diiringi tangisan salah satu atau bahkan keduanya krn rebutan mainan. Senangnya
melihat mereka, tangisan dan tingkah lucu mereka memang slalu berhasil membuat saya kangen, terlebih ketika saya sedang diluar kota, seperti skarang.
Sementara si sulung yang baru masuk di Kelas 1 SD selalu duduk santai sambil
nonton tv atau sesekali godain adik kembarnya padahal sudah waktunya untuk
mandi dan bersiap berangkat sekolah.
Berangkat dari rumah pukul 7.30, dengan menumpang
jasa taksi Bluebird saya un menyusuri
spot-spot kemacetan di Kota Bandung. Saya memang harus berangkat
lebih awal, karena waktu tempuh di Bandung sekarang sudah sangat unpredictable. Kemacetan bisa
terjadi dimana saja dan kapan saja. Jd kalau perkiraan waktu tempuh ke Bandara
itu 45 menit, maka saya harus spare time minimal 1,5 jam, agar saya tidak terlambat.
Alhamdulillah, saya sampai di Bandara jam 8.30.
Setelah melakukan pembayaran sebagamana tertera di argo taksi tsb, sy pun turun
dan bergegas untuk check in. Ransel dan tas kecilpun harus melewati x
ray, sbagaimana prosedur pada umumnya. Dengan membayar 25.000 sbagai
airporttax, sy pun mendapatkan tiket boarding pass untuk penerbangan ke
Kupang hari ini. Meskipun agak kecewa krn penerbangan sy delayed 1 jam, sehingga
direncanakan jam 11.20 baru akan take off.
Ya sudahlah, ga apa-apa, yang penting saya bisa sampai kupang sore hari ini. Lagian 60 menit karena delayed tersebut, bisa saya gunakan untuk buka laptop, menelpon sana-sini
menyelesaikan urusan kantor yg tertunda, atau bahkan urusan pribadi. Saya pun melakukan aktivitas
saya, sekedar buka email, kirim email dan telpon sana-sini hingga semuanya
tuntas.
Tiba2 telp sy berdering, dari nomor dan kode
telepon yang saya ga tahu.
Stelah diangkat, si penelpon mengaku bernama angga, dari sebuah maskapai di bandara denpasar. Dengan maskapai inilah saya akan menuju
Kupang melalui denpasar untuk transit. Kalau lihat dari boardingpass
tertera disitu bahwa dari denpasar ke kupang sy akan berangkat pukul 13.00.
Dengan asumsi waktu tempuh bandung-denpasar itu 1 jam, maka sy perkirakan akan sampai
di denpasar pukul 13.00. Jam berapapun sampai di denpasar, pasti connecting flight akan menunggu sy tiba
di denpasar, itu hal umum, krn kterlambatan dr pihak maskapai sendiri.
Angga menelpon sy untuk menjelaskan bhw pesawat dr
denpasar ke kupang hrs berangkat tanpa sy, dalam artian tdk bisa menunggu sy
tiba di denpasar. Dan sbgai penumpang, sy ditawarkan rerouting, dg penerbangan
lain pukul 16.dr bandung ke kupang, via surabaya. Sbagai konsumen, sy merasa diseret pada situasi
sulit yg diciptakan oleh maskapai tsb. Disatu sisi sdh jelas sy akan terkatung2
nasibnya jika sy tetap terbang ke denpasar jam 12, krn sy sdh ditinggal oleh
pesawat connect menuju kupang, tp disisi lain sy sangat rugi skali jika sy hrs
brangkat jam 16, krn artinya sy hrs menghabiskan 7 jam berada di bandara
bandung. Terlebih dg perkiraan waktu sampai di kupang diatas jam 22 :(. Itupun belum ditambah asumsi, jika
terjadi delayed di surabaya, sperti yang biasanya terjadi
(pengalaman).
Tak lama stelah angga mrnutup telp nya, giliran
pihak maskapai yg sm dibandung menelpon untuk menawarkan hal yg sm, sy pun
mengajak untuk bertemu untuk membicarakannya. Sy katakan bhw perjalanan sy ke kupang, bkn
perjalanan liburan yg bs diganti kapan saja, perjalanan sy kekupang adalah
untuk melanjutkan perjalanan ke Rotendao, sbuah kabupaten di NTT yg hanya bs
ditempuh dg perjalanan laut. Rencananya, kberangkatan ke Rote dr Kupang akan
dilakukan keesokan harinya, krn kapal cepat dr pelabuhan tenau kupang ke
pelabuhan Ba’a kabupaten rotendao itu
beroperasi pukul 08.30 pada setiap harinya.
Jd solusi untuk reroute ke pukul 16. Via surabaya
adalah alternatif yg lbh baik dibandingkan jika sy tetap brrangkat pukul 12 ke
denpasar, dan menginap di denpasar. Dg berangkat pkl 16 , sy msh punya
kesempatan untuk brkt keesokan harinya ke pulau paling selatan di Indonesia
itu.
Tp meskipun begitu, sbagai costumer sy sangat
dirugikan, krn kehilangan waktu, tenaga dan momen yg sangat banyak, dan harus
menunggu di bandara lbh dr 7 jam. Nah ttg hal itu, sy meminta
pertanggungjawaban dr pihak maskapai tsb.
Menurut permenhub 77/2011, sy berhak atas 300 rb
bila delayed lbh dr 3 jam atau 50% dr nilai tsb jika maskapain menawarkan
reroute.namun meskipun sdh disampaikan dg gamblang, pihak maskapai ttp tdk mau
melayani tuntutan saya.
Sy pun kehabisan akal. sy hanya membuat para staf
tsb tertekan, krn mereka ga punya kewenangan untuk mengabulkan tuntutan
sy.sementara itu, manager bandaranya tdk bisa ditemui, krn sedang tdk ditempat,
katanya.
Kadang para staf seringkali dijadikan tumbal untuk
menghadapi persoalan yg seharusnya dihadapi si pengambil kebijakan.
"Sedang tdk berada ditempat" menjadi alasan klasik para staf untuk
dipaksa melindungi si pengambil kebijakan.
22.30 WITA: hari yang sama
Gemuruh benturan ban pesawat dg landasan disertai
goncangan keras sontak mengagetkanku yg baru saja hendak tertidur. Pendaratan
dilakukan sang pilot di bandara Eltari itu menandai bahwa saya sudah sampai
tujuan, Kota Kupang, NTT. Setelah pesawat terparkir, sy pun turun dr cabin. Untungnya sy membawa sluruh
barang sy ke kabin, jd sy ga perlu menunggu untuk mengambil bagasi, yg kadang
lumayan menyita waktu. Maklum, hari sudah malam, jd saya hrs menghemat waktu
agar bisa istirahat cukup untuk besokhari melanjutkan perjalanan ke Rote Ndao.
Di Pintu exit terlihat para penjemput berkerumun
di depan Pintu kedatangan, pemandangan yg sangat lumrah nyaris disemua bandara
pasti bgitu. Sy pun menghampiri mereka dg harapan ada yg menawarkan jasa taksi
untuk mengantarkanku untuk sekedar transit sblum besok ke Rote.
Aneh bin ajaib, tak ada seorangpun yg menawarkan
taksi kpd saya. Padahal, di bandara lain, sy seringkali dipusingkan dg
kerubutan para sopir taksi yg menawarkan tumpangannya. Tp di Bandara ini,
senyap, tak ada seorangpun yg menyapa saya atau menanyakan mau kemana.
Mulailah mikir, jangan2 sdh tidak ada taksi,
karena sudah terlalu larut. Memang jam di pergelangan kiri sy menunjukan sdh
lewat jam 23, sehingga wajar kalo para supir taksi sdh tdk beroperasi .lagian pesawat yg sy tumpangi
seharusnya mendarat pukul 21, tp krn delayed di Surabaya, jadinya mendarat terlambat dr jadwal yg
direncanakan sebelumnya.
Sy pun mulai berpikir, skrang cuma harus meminta
tolong teman untuk menjemput, krn ketiadaan taksi tsb. Belum pula selesai
berpikir, terlihat ada konter kecil, bertuliskan "pemesanan taksi".
Sy pun menghampirinya dg sumringah penuh harap. Dr situlah sy tahu bhw smua taksi di bandara ini,
hanya bisa digunakan stelah penumpang memesan tiketnya di konter kecil tsb.
Maka jangan harap bisa menggunakan taksi, kalau belum pesan dikonter
itu.meskipun ada sopirnya, tp mereka ga akan mengangkut jika kita tidak membawa
tiket pesanan.
Stelah sy bilang sy pesan taksi untuk ke daerah
Air Nona, sypun diberikan tiket, namun ktika sy menyodorkan uang 85000
sbagaimana yg tertera ditiket, petugas itu menolaknya dan meminta pembayarannya
dilakukan langsung kepada sopir.
Dengan membawa tiket itu, sy diantarkan oleh
petugas ke area parkir kendaraan, yg berada tepat dihalaman kiri depan bandara
ini. Disana terlihat puluhan avanza putih berplat kuning berbaris kebelakang mengantri, nunggu giliran. Sistem one window
service lah yg menjadikan para taksi tersebut tertib. Smua akan mengangkut
penumpangnya, jika memang pada gilirannya. Dan itu smua diatur oleh konter
kecil itu. Andaikan disemua bandara bisa diatur sperti itu, sehingga penumpang
tdk dipusingkan lagi dg kerumunan sopir taksi yg mengerubuti kita untuk
menawarkan jasanya. Dipikir2 mirip gula yg seringkali dikerubungi semut,
andaikan gula itu hidup, dia pasti akan protes juga.
Setelah diarahkan oleh petugas, sy pun menaikinya.
Sy pun duduk manis disamping sopir. Tak lama, sang sopir pun menginjak pedal
gasnya, dan mobilpun mulai bergerak meninggalkan bandara.
Selalu saja sy terkesan dg pemandangan yg
disajikan sepanjang perjalanan meninggalkan bandara el tari. Apalagi malam ini,
sang sopir taksi menjalankan kendaraannya dg tenang, menyusuri jalan mulus
beraspal hitam yg nampak licin karena tersorot lampu mobil, seolah mobil ini
sedang menapaki kaca yg berwarna hitam.
Ah hampir setiap jalan di ibu Kota NTT ini memang
terawat dg baik. batang-batang
pepohonan pun turut menghiasi dg berdiri disisi kiri dan kanan jalan itu.
Rata-rata rantingnya nyaris tak berdaun sperti akar yang terbalik. Mereka
bergoyang tertiup hembusan angin akibat gerakan taksi putih yg sy tumpangi.
Menurut seorang teman, salah satu yang membuat
jalanan di kupang terawat karena jarang sekali ada truk yg beroperasi disekitar
kupang. Masuk akal juga, meskipuj sy sendiri belum memverifikasi
kebenarannya.
Sambil sesekali ngobrol dan menyalakan rokok,
akhirnya sampai juga ke tujuan. Terimakasih pak Sopir.
Selasa, 7 okt 2014
Pagi yg cerah. Meskipun msh ngantuk krn semalaman
ngobrol sampai jam 1.30 dinihari dg seorang teman, tp sy tetap harus bangun
pagi untuk bersiap berangkat menuju pelabuhan Tenau, Kupang. Tepat pukul 6.15, sang ojek yg sdh dipesankan
sebelumnya oleh teman dating, dan saya pun langsung berangkat menaiki kendaraan tersebut.
Udara pagi yang dingin selalu saja msnyajikan
kenyamanan dan damai. Suasana jalana sepi, belum nampak aktifitas keseharian
warga kupang. di beberapa ruas jalan hanya terlihat beberapa anak sekolah dasar
dengan seragam khasnya sedang menunggu kendaraan yg akan mengantarkannya
kesekolah.
Ojek itupun memacu motornya dg tenang, seolah
sedang menyesuaikan dg kondisi alam yg juga tenang. 30 menit kemudian sampailah saya di pelabuhan
Tenau, kupang. Dengan membayar tiket masuk motor sebesar 2000 rupiah, kami pun
diperbolehkan masuk area pelabuhan.
Disinipun nampak masih sepi, hanya beberapa calon
penumpang dan para ibu2 yang menjajakan dagangannya, air mineral, permen dan
nasi bungkus untuk sarapan. Pintu masuk ke area pelabuhan belum juga dibuka,
bahkan masih digembok krn petugas karcisnya belum juga datang.
Skedar
memanfaatkan kesempatan, sy pun membeli nasi bungkus itu untuk sarapan. Dengan
harga 10.000 sy bisa makan nasi putih dan telur, lumayan untuk menyiapkan
energi perjalanan nanti.
Pukul 7.30, petugaspun datang, dg membayar karcis
masuk 4000 rupiah, penumpang diperbolehkan masuk ka area pelabuhan. Bersegera
mendatangi loket penjual karcis, sy pun membeli tiket bahari express itu di
kelas vip dg membayar 190.000.
Cukup menunggu sbntar, skitr pukul 8.30, kapal
bahari express pun berangkat menuju Rote Ndao.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. komentar, kritik, saran, atau apapun dipersilahkan..